“Baca buku memberi nafas untuk hidup” inilah taglineku tentang baca buku. Bila tidak baca
buku, hidup terasa kurang motivasi dan akan timbul rasa malas untuk
berktivitas. Kalau sudah malas dalam beraktivitas, hidup pun kurang
berkualitas. Nah, karena hidup hanya sekali apa mau hidupnya tak berkualitas?
Saat saya mengikuti pelatihan seven habits yang diselenggarakan oleh Dunamis Poundation, seorang trainer
mengatakan bahwa, kualitas diri seseorang ditentukan dari apa yang telah
dibacanya. Bagiku modal dasar untuk menentukan berkulitas hidup seseorang
dengan baca buku. Membaca buku membuatmu banyak pengetahuan, wawasan, motivasi
hidup, kesenangan, dan sebaginya. Membaca buku juga membuat otakmu berfungsi
dengan baik. Seperti, berlatih konsentrasi, memahami makna tulisan, mampu
membaca susana, selalu menggali informasi, dan masih banyak lagi.
Awal Suka Buku
Hobi baca buku awalnya saya raskan ketika kelas 2
SMP. Saat itu saya mengikuti organisaasi di sekolah. Saat berkumpul dengan
teman-teman satu organisasi, mereka selalu membahas isi buku yang telah dibaca.
Saya yang tidak baca buku hanya menjadi pendengar yang baik untuk menutupi
ketidaktahuan saya tentang buku. Terus-menerus hanya jadi pendengar sungguh
tidak menyenangkan, seolah-olah keberadaan saya tak dianggap. Kemudian, saya
mengumpulkan uang jajan selama kurang lebih dua minggu hanya untuk membeli satu
buku. Dapatlah buku yang jumlah halamannya tidak lebih dari 80 halaman. Setelah selesai di baca saya bawa ke
teman-teman organisasi. Saya ceritakan isi buku itu ke mereka, dan keberadaan
saya mulai diakui. Senang rasanya, perasaan saya saat itu. Saya pun berusaha di
pertemuan-pertemuan selanjutnya harus bawa buku. Perpustakaan, menjadi
penyelamat uang jajan saya.
Sejak saat itu saya jadi senang baca buku. Walau
awalnya hanya ingin diakui oleh orang lain, namun buku tertnyata punya magnet
tersendiri agar kita bisa terus membacanya. Dulu, saya senang baca buku tentang
remaja, baik fiksi maupun nonfiksi. Seiring berjalannya waktu, saya bukan berda
pada posisi remaja lagi, buku yang saya suka sejak kuliah sampai saat ini
adalah tentang motivasi pengembangan diri dan agama.
Buku motivasi pengembangan diri membuat saya untuk terus
mengaktualisasi diri, penyemangat untuk berkembang, menggali potensi, mamaknai
hidup, dan menjadikan hidup berkualitas. Sedangkan buku-buku agama saya pilih karena,
sebagai makhluk Tuhan hendaknya perlu mengetahui dan mempelajari aturan-aturan
dan norma-norma yang diberikan oleh-Nya.
100.000 per bulan saya alokasikan untuk membeli buku
setiap bulannya. Walau sebenarnya kadang suka lebih dari bujet. Tapi gak
mengapa, tidak rugi menghabiskan uang untuk beli buku. Jujur saja, di mana pun
ilmu mahal harganya.
Jadikan buku
itu sahabat
Bagaimana perasaanmu bila punya sahabat? Sangat senang
bukan? Adanya sahabat dapat memberikan kita dukungan untuk lebih maju dan
memberi nasihat bila kita salah. Buku bisa dijadikan sahabat. Karena, bisanya
apa yang ingin dibaca itulah sebenarnya apa yang sedang kita dibutuhkan. Buku
itu sahabat, suka menghibur dikala sedih. Buku itu sahabat, dapat menjadi
petunjuk sebelum tersesat. Buku itu sahabat, mengajak kita untuk masuk ke
gerbang kesuksesan.
Penyebar Virus
Kebiasaan baik wajib ditularkan agar tidak kalah
dengan kebisaan jahat. Membaca adalah sebuah kebiasaan baik, virus baik, maka
wajib ditularkan kebiasaan ini. Sebagai guru dan mengelola juga perpustakaan
sekolah, saya menyebarkan virus ini ke murid-murid dengan program one month three book bila ada yang
mencapai target akan saya berikan satu buku gratis. Asyik kan!! Saya akan
memberikan penghargaan buat orang (siswa) yang menghargai hidupnya dengan
menambah kulitas hidup melalui baca buku.
Yuup, yang belum punya hobi baca buku, ayo dari
sekarang sempatkan waktu untuk baca buku. Keuntungan baca buku lebih bnyak dari
pada membuang waktu hanya sekadar baca status FB atau BBM teman. Yuk tingkatkan
kulitas hidup dengan baca buku.
Posting Komentar