TERHARU

12 komentar
(sumber gambar:funnyjunk.com)

Semburat merah terlihat dari ufuk timur. Suasana jalan raya sangat ramai dipadati pengendara bermotor. Tapi tidak di taman kota, agak sepi di hari kerja. Sudah dua menit aku menunggu kedatangan Dimas yang semalam menelponku untuk bertemu kembali di taman kota. Dimas, teman SMA-ku. Hubungan kami sangat dekat sejak kelas 3 SMA dulu. Setelah lulus sekolah pun kami masih berkomunikasi dan sering pula bertemu di tempat-tempat yang nyaman. Seperti taman kota, café, atau kampus sehingga, tumbuh perasaan “lain” di hatiku. Sayangnya aku hanya bisa memendam rasa ini sendiri.
Smartphone baruku berdering.
“Halo Zee, kamu di mana?”
“Aku sudah di taman kota, dekat air mancur, di bawah pohon Tanjung.”
“Tunggu sebantar ya, Zee, aku sedang beli sesuatu. Kira-kira lima menit lagi sampai.”
“Oke. Aku tunggu.”
Sering sekali dia terlambat. Ada saja alasannya. Tempat ini memang menjadi tempat favorit kami untuk melepas lelah. Bahkan datang hanya sekadar makan mie ayam berdua. Dimas, lelaki beralis tebal itu selalu membuatku semangat dalam hidup. Saat ku melamun, tiba-tiba seseorang menutup mataku dari belakang. “Dimas, aku gak bisa lihat.”
“Aku bukan Dimas.”
“Mana mungkin kamu bukan Dimas? ku sangat hafal bau parfummu. Ayo lepaskan tanganmu dari mataku, pemilik alis ulat bulu!” paksaku sambil tertawa.
Akan ku lepas tapi kamu harus janji!”
Tak seperti biasanya Dimas seperti ini. Dia terasa berbeda, sedikit, ah semoga saja ini saatnya. Saatnya Dimas untuk mengungkap rahasia hatinya. Rahasia yang sebenarnya sudah aku tahu.
“Janji apa?”
“Kalau aku lepas tanganku jangan kau buka matamu sampai instruksi yang kuberikan.”
“Baiklah,” aku mengangguk.
“Janji?”
“Janji!” Aku mengacungkan jari kelingking sebagai simbol untuk mengikat janji.
“Apa yang kamu lakukan, Dim?” sudah tak sabar aku menunggu instruksi Dimas.
“Sebentar,” jawabnya singkat.
Dimas, aku tak sabar menunggu kejutan ini.
“Baik, sekarang buka matamu.”
Cincin? Ku melihat sebentuk cincin kecil dalam kotak yang indah. Secepat ini? aku tidak menyangka karena selama ini kita tidak pernah bercerita tentang perasaan. Benarkah selama ini kau menyimpan perasaanmu dalam-dalam sama halnya sepertiku? Oh Dimas, ku memang mencintaimu tapi ini terlalu cepat. Alangkah baiknya kita nikmati dulu kebersamaan ini, jalan, nonton, ke mall, makan bersama, bernyanyi di bawah rembulan.
Aku menatap wajahnya, bola matanya terlihat bersinar, senyumnya menenangkan.
“Sayang, maukah kau menjadi kekasihku?”
Sayang? Sejak kapan dia bilang kata itu padaku. Aku harus jawab  apa? aku belum pernah seperti ini. Terlalu tiba-tiba bagiku menuju ke arah itu.
“Benarkah, Dim?” jawabku gemetar dan penuh tanda tanya.
“Iya. Maukah kau menjadi bidadari hidupku?”
Ini benar-benar gila. Ini seperti bukan dirimu, Dim.
“Kau tahu, aku sangat mencintaimu. Hari-hariku buram tanpamu. Kau wanita berambut panjang, bermata rembulan, berhati permata. Wajah indahmu selalu menari-mari di bola mataku. Maukah kau  menjadi mentariku?”
Apa? Wanita berambut panjang? Rambutku pendek. Hey Dim, apa yang kau ucapkan?
“Reina, tolong jawab?”
Reina, siapa dia? “Dim, aku Zee. Siapa Reina?”
“Zee, aku sedang latihan untuk menyatakan cintaku pada Reina. Ayolah, bantu aku!”
Ya Tuhan. Mataku berkaca-kaca. Mengapa kamu tak pernah bercerita tentangnya kepadaku, Dim? Untung belum aku jawab dengan sungguh-sungguh. Dasar bodoh.
“Zee? Kamu menngis?”
Aku terharu, Dimas. Ku gak menyangka.” Ku terpaksa tersenyum.  



12 komentar:

  1. kerennn abisss, bu faiza kalau bikin cerita.

    BalasHapus
  2. Ujung cerita nya bagus bu

    BalasHapus
  3. terima kasih Dewi dan Yunika sudah mampir, semoga terhiburrr :)

    BalasHapus
  4. Jadi terharu abis baca cerita nya bu :)

    BalasHapus
  5. sad ending, selesai baca jadi terharu

    BalasHapus
  6. sesuai judulnya, membuat saya terharu

    BalasHapus
  7. Hallo saya septiana sari. Keren banget bu ceritanya membuat saya sangat terharu:(

    BalasHapus
  8. Hallo saya septiana sari. Keren banget bu ceritanya membuat saya sangat terharu:(

    BalasHapus
  9. Teharu baca ya,Bagus cerita nya dan saya akan sering berkunjung ke blog ini
    Best regards :Muhammad Al Hafizh

    BalasHapus