Kalian tahu novel yang diterbitkan Gramedia di akhir tahun 2015 kemarin?
Salah satunya adalah novel Setia Bersamamu karangan Qonita Musa.
Hari ini saya dan teman-teman FLP Depok mengunjungi rumah beliau. Sekadar santai, duduk-duduk, sambil belajar tentang dunia kepenulisan.
Baiklah, saya perkenalkan dulu penulis yang satu ini. Namanya Santy
Martalia dengan nama pena Qonita Musa. Beliau aktif menulis fiksi maupun nonfiksi
sejak bisa nulis :) Beliau juga sangat menyukai dunia wanita dan hal-hal
yang berhubungan dengan eksistensialisme. Beberapa karyanya telah diterbitkan
diantaranya adalah Ada Rindu Untukmu, Mencari Nay, dan Berjuanglah Bunda.
Novel terbarunya diterbitkan oleh Gramedia pada akhir tahun 2015. Setia Bersamamu, novel bersetting di Yordania. Mengisahkan tentang
seseorang yang belum menyelesaikan masa lalunya ketika dia harus menikah.
Diyuna adalah tokoh utama dalam novel ini. Wanita yang lembut, namun
tidak bisa diusik oleh siapapun. Dia adalah wanita yang menginginkan kebebasan
dalam hidupnya dan pernikahan hanya akan memberikan ruang sempit untuk dirinya.
“Diyuna, apakah kamu takut jatuh cinta
padaku?” pertnyaan sederhana Harry tak pernah dijawabnya. Sederhana bagi Harry,
begitu rumit bagi wanita pencinta kebebasan. Harry adalah masa lalu Diyuna.
Diyuna sang tokoh yang asyik dengan pemikirannya sendiri. Dia menganggap
hidupnya bukanlah miliknya. Semua ini karena takdir. Takdirlah yang menetukan jalannya
apapun yang ia lakukan. Baik atau pun buruk. Berpisah dengan Harry, menggugurkan
kandungannya, menikah dengan Hamzah, itu semua karena takdir yang mentukannya.
Menikah dengan Hamzah? Bukankah wanita itu menyukai kebebasan dan
menganggap pernikahan akan memberikan ruang sempit dalam hidupnya? Lagi-lagi
Diyuna menikah dengan Hamzah karena takdir. Pelan-pelan Hamzah mengajarkannya
tentang takdir, bahwa manisia bisa menciptkan takdirnya sendiri.
Diyuna bahagia hudup dengan Hamzah dan kedua anak mereka. Kurang lebih
di tahun ketujuh pernikahannya masa lalunya datang. Pria bermata hazel itu
pernah bersemayam di hatinya. Tak ada kata pisah diantara mereka. Cintanya yang
belum usai masih membekas. Nah, di sinilah tempat konflik novel ini.
Membaca novel ini perlu kecermatan, karena sang penulis sering
memunculkan flashback. Kalau gak
konsen-konsen bacanya bisa-bisa bingung, ini alurnya sedang maju atau sedang
menceritakan masa lalu. Gaya bahasa berkelas, gak sulit dan gak mudah juga.
Diskusi santai siang tadi, sang penulis menceritakan bagaimana prosesnya
membuat karya-karya hingga diterima oleh penerbit. Gramedia, siapa si yang gak
kenal dengan penerbit yang satu ini. Saat ini banyak loh bermunculan penerbit-penerbit
baru. Tapi, Gramedia tetap eksis dalam menerbitkan karya-karya yang luar biasa.
Mbak Santy melalui proses yang cukup panjang hingga akhirnya, karyanya dapat diterbitkan di penerbit besar tersebut. Luar bisa bukan? Kesabaran berbuah manis juga.
Mbak Sany memberikan saran buat kami, terutama saya sebagai penulis
pemula untuk membuat draf sebelum
menulis. Seperti menjabarkan karakter tokoh, membuat plot, dan juga alur. Nah,
saran yang agak berat saya terima adalah konsisten waktu untuk menulis. heee… maklum masih moody dalam menulis. Kalau dari segi waktu paling susah banget
nulis malam hari, butuh pemikiran yang panjang, jika sudah pukul 10:00
malam mata sudah 5 watt, haaa artinya saya harus tidur. Pagi sampai Sore ngajar, saya tidak bisa ninggalin passion yang satu ini. Walau tahu, memang semua itu pilihan dan harus ada yang dikorbankan
dari pilihan tersebut. Suatu saat kalau saya mau serius untuk fokus nulis pasti akan
ada yang dikorbankan. :) :)
Nahhh, jika suatu tulisan sudah jadi. Maka, tulisan juga seperti
manusia, dia memiliki jodohnya. Kira-kira penerbit mana yang akan menerima
karyanya. Jika sudah mengirimkan karya ke perbit, jangan takut untuk di tolak. Banyak
loh penulis-penulis hebat yang karyanya di tolak. Seperti JK. Rowling penulis
buku Best Seller Dunia ini dengan karyanya Herry Potter pernah di tolak oleh 14
penerbit. Namun pada akhirnya, karyanya punya jodoh untuk diterbitkan.
Obrolan panjang di siang hari membahas tentang tulis menulis dan juga pembahasan
novel yang sangat menarik ini memberikan energi semangat buat saya untuk terus
menulis. Ahh,, hampir saja saya lupa untuk menuliskan pesan tersirat setelah baca novel Setia Bersmamu. "Jangnlah bermain api jika tak ingin
terbakar. Jika telah terlanjur bermain, segera padamkan agar api itu tidak
membesar."
Terima kasih Mbak Santy atas ilmunya hari ini.
Salam menulis,
Ukhty Iza ^_^
Posting Komentar