KATISYA

11 komentar

(Sumber gambar: www.magic4walls)

KATISYA
Oleh: Izza Qonitat

 Beberapa waktu setelah Uji Kompetensi Keahlian, gelang emas bertahta permata melingkar di tangan kiri Katisya. Tiga hari setelah itu, sulit baginya untuk menggerakkan tangan kirinya, bila ia ingin melakukan apa pun ia hanya menggunakan tangan kanannya.

“Bisakah kau membantuku membawakan buku sastra itu?” Pinta Katisya pada seorang temannya. Tangan kanan Katisya sudah penuh membawa setumpuk buku yang akan ia baca di perpustakaan. Sangat kesal Katisya dibuatnya. Tangan kirinya benar-benar tak bisa diandalkan. Bukan hanya ia sudah tak mampu mengangkat hal-hal besar dengan tangan kirinya, membersihkan kotoran di lubang hidungnya saja ia tak mampu. Mulai dari ketiak hingga jari-jari kirinya terlihat lemah, tak bisa di angkat, bila ia berusaha untuk mengangkat atau menggerakkannya maka akan semakin lemah tangan kirinya.

Katisya sudah mencoba berbagai cara agar tangan kirinya berfungsi normal kembali. Mulai dari dokter spesialis tulang sampai ke tukang urut sakti di Cimande, tetap saja tangan kirinya tak berfungsi seperti biasanya. Bahkan bukan kesembuhan yang datang, tapi memar dan bengkak yang timbul setelah berobat. Rasa putus asa pun timbul dalam dirinya.
***
Saat jam istirahat, di ruang kelas yang biasa disebut ruang dengan penuh atmosfer impian di akhir-akhir masa sekolahnya ini, Katisya duduk termenung sambil menatap tangan kirinya. Lalu dengan jari-jemari kanannya ia belai, sentuhan tangan kanannya tak dirasakan tangan kirinya. Kemudian dia memperhatikan gelang di tangan kirinya. Gelang emas bertahta permata itu terlihat cantik dan berkilau indah. Tapi perasaannya tak sama ketika ia pertama kali melihatnya.

Masih jelas dalam ingatan Katisya betapa sayangnya Pak Galuh ‘guru Pemrograman’ pada dirinya. Ada janji pula diantara meraka, saling menunggu dan saling setia. Di sebuah ruang komputer, disaat seluruh siswa dan guru sudah meninggalkan gedung sekolah itu mereka berdua ada di sana. Pak Galuh menggenggam tangannya. Wajah Katisya yang kemayu, berubah merona. Bola mata mereka saling menatap. “Kapan Bapak akan menceraikan istri kedua Bapak?” Tanya Katisya untuk minta kepastian. Pak Galuh merupakan kerabat dekat Yayasan di sekolah ini. Walau sudah menikah dua kali dan akan keduakalinya pula menceraikan istrinya tetap memiliki pesona di mata murid-muridnya. Guru sekaligus pengusaha kaya raya itu jatuh hati pada Katisya siswa kelas XII berparas cantik. “Tenang saja, surat-surat perceraiannya sedang diurus. Tiga bulan setelah kamu lulus, kita akan menikah.” Tak berapa lama Pak Galuh mengeluarkan gelang itu. “Ini sebagai pengikat, bahwa saya benar-benar serius denganmu.” Perjelas Pak Galuh dengan keyakinan.

 Katisya begitu bahagia, kerisauannya akan hidup miskin terus-menerus telah hilang. Saat itu dia benar-benar lupa dengan prinsip hidupnya. Dia benar-benar lupa akan nasihat Bu Dilla. Segala logika yang tertanam dalam otaknya, Katisya abaikan. Segala peristiwa dimasa lalunya, Katisya singkirkan. Gelang emas bertahtakan permata yang sudah melingkar di tangan kirinya bagaikan sinar sang surya menerangi jalan hidupnya.
***
“Hai kamu, tangan lumpuh. Jangan melamun aja, selesaikan programnya mau lulus tidak!”  Lamunannya membuat Katisya tak sadar akan kehadiran Pak Galuh di sampingnya. Katisya mengikuti instruksi Pak Galuh. Teman-temannya mampu mengerjakan program dengan kedua tangannya, tapi tidak bagi Katisya. Tangan kirinya begitu layu sementara tangan kanannya kerja keras mengikuti instruksi otaknya.

“Cepat sedikit mengerjakannya, wanita lumpuh!”   
Terasa disayat hati Katisya. Dengan wajah mendung Katisya terus merekam ucapan sampah dari Pak Galuh yang ditujukan pada dirinya. Katisya tak bisa marah dengan hal itu, bibirnya terasa berat untuk membalas ucapan itu. Melihat kondisi fisik Katisya, Pak Galuh mengurungkan niat untuk menikahi Katisya. Cahaya sang surya itu redup. Mimpi buruk terus menghantui Katisya setiap malam.
Andai dulu Katisya tidak silau dengan gelang emas bertahta permata yang mengikat di tangan kirinya, andai dulu dia tetap pada prinsipnya untuk tidak mudah jatuh cinta, andai dulu dia tidak mengganggu Pak Galuh yang masih berstatus suami orang, mungkin hidupnya akan jauh lebih baik. Andai Katisya masih ingat dengan nasihat Bu Dilla sebagai guru BP di sekolahnya untuk tidak pacaran dengan Pak Galuh, mungkin dia bisa tenang menghadapi ujian nasional.

Saat selangkah lagi kaki Katisya keluar dari Lab Komputer, “Katisya” dia membalikkan tubuhnya menghadap Pak Galuh, “Jangan pernah kau berharap lagi pada saya, kau wanita yang tak berguna, menjijikan.” Tangan kiri Katisya bergetar, “Dan jangan pernah kau menceritakan pada seorang pun di sekolah ini tentang rencana kita untuk menikah. Semakin hari semakin muak melihatmu. Pergi sana!” Air mata Katisya tak bisa dibendung lagi, dia berlari menuju pohon rindang di taman sekolahnya. Ucapan Pak Galuh lebih buruk daripada mimpinya yang buruk.

Katisya kembali menatap gelang di tangan kirinya. Gelang emas itu tetap cantik melingkar di tangan kirinya. Hanya saja gara-gara ini semua tangan kirinya tak bisa digerakkan. Tiba-tiba betapa ia ingin melepas gelang emas itu. Tapi bagaimana mampu, gelang emas itu melekat kuat di tangannya. Dengan sabar ia berusaha mendorong gelang itu dari pergelangan tangannya, namun usahanya sia-sia. Semakin ia ingin keluarkan gelang itu, semakin lemas tangannya. Bahkan terasa sakit bila ia berusaha melepaskan gelang itu. Dan setiap kali ia gagal melepaskan gelang itu semakin serasa gila Katisya dibuatnya.

Katisya pun segera berlari ke kantin, diambilnya pisau milik Pak Toha, pedagang ayam krispy. Lalu di potong pergelangan tangannya, darahnya mengalir begitu deras. Beberapa menit kemudian dia bisa merasa kesakitan di tangannya. Katisya meraung kesaitan. Tak sanggup dia berteriak minta tolong. Sore itu, tak ada satu pun orang berada di kantin, semua guru dan siswa telah kembali ke rumahnya. Hanya ada Katisya yang sedang meraung sendirian menghadapi maut.                                                                                                                                                                                                                                                                                                   


11 komentar:

  1. Keren cerpennya,
    post cerpen yang lain bu Iza.

    BalasHapus
  2. Sengaja endingnya sprti itu, biar pembaca mengigil di akhir cerita... hehehe

    BalasHapus
  3. Bagus bu ceritanya :)
    Mendalam banget
    Ditunggu ya bu cerpen selanjutnya

    BalasHapus
  4. Keren bu ceritanya :)
    Membuat merinding di endingnya

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Mr. Burn - Casino Games, Casino Resorts - DrmCD
    Mr. Burn - Casino Games, Casino 광주광역 출장샵 Resorts. 울산광역 출장안마 777 청주 출장마사지 Casino Drive, Las Vegas, NV 89109. 전주 출장마사지 United 충청북도 출장마사지 States. (702) 770-1000. United States

    BalasHapus