Oleh: Izza
Qonitat
Beberapa waktu
setelah Uji Kompetensi Keahlian, gelang emas bertahta permata melingkar di
tangan kiri Katisya. Tiga hari setelah itu, sulit baginya untuk menggerakkan
tangan kirinya, bila ia ingin melakukan apa pun ia hanya menggunakan tangan
kanannya.
“Bisakah
kau membantuku membawakan buku sastra itu?” Pinta Katisya pada seorang
temannya. Tangan kanan Katisya sudah penuh membawa setumpuk buku yang akan ia
baca di perpustakaan. Sangat kesal Katisya dibuatnya. Tangan kirinya
benar-benar tak bisa diandalkan. Bukan hanya ia sudah tak mampu mengangkat
hal-hal besar dengan tangan kirinya, membersihkan kotoran di lubang hidungnya
saja ia tak mampu. Mulai dari ketiak hingga jari-jari kirinya terlihat lemah, tak
bisa di angkat, bila ia berusaha untuk mengangkat atau menggerakkannya maka
akan semakin lemah tangan kirinya.
Katisya
sudah mencoba berbagai cara agar tangan kirinya berfungsi normal kembali. Mulai
dari dokter spesialis tulang sampai ke tukang urut sakti di Cimande, tetap saja
tangan kirinya tak berfungsi seperti biasanya. Bahkan bukan kesembuhan yang
datang, tapi memar dan bengkak yang timbul setelah berobat. Rasa putus asa pun
timbul dalam dirinya.
***
Saat jam
istirahat, di ruang kelas yang biasa disebut ruang dengan penuh atmosfer impian
di akhir-akhir masa sekolahnya ini, Katisya duduk termenung sambil menatap
tangan kirinya. Lalu dengan jari-jemari kanannya ia belai, sentuhan tangan
kanannya tak dirasakan tangan kirinya. Kemudian dia memperhatikan gelang di
tangan kirinya. Gelang emas bertahta permata itu terlihat cantik dan berkilau
indah. Tapi perasaannya tak sama ketika ia pertama kali melihatnya.
Masih jelas
dalam ingatan Katisya betapa sayangnya Pak Galuh ‘guru Pemrograman’ pada
dirinya. Ada janji pula diantara meraka, saling menunggu dan saling setia. Di
sebuah ruang komputer, disaat seluruh siswa dan guru sudah meninggalkan gedung
sekolah itu mereka berdua ada di sana. Pak Galuh menggenggam tangannya. Wajah
Katisya yang kemayu, berubah merona. Bola mata mereka saling menatap. “Kapan
Bapak akan menceraikan istri kedua Bapak?” Tanya Katisya untuk minta kepastian.
Pak Galuh merupakan kerabat dekat Yayasan di sekolah ini. Walau sudah menikah
dua kali dan akan keduakalinya pula menceraikan istrinya tetap memiliki pesona
di mata murid-muridnya. Guru sekaligus pengusaha kaya raya itu jatuh hati pada
Katisya siswa kelas XII berparas cantik. “Tenang saja, surat-surat
perceraiannya sedang diurus. Tiga bulan setelah kamu lulus, kita akan menikah.”
Tak berapa lama Pak Galuh mengeluarkan gelang itu. “Ini sebagai pengikat, bahwa
saya benar-benar serius denganmu.” Perjelas Pak Galuh dengan keyakinan.
Katisya begitu bahagia, kerisauannya akan
hidup miskin terus-menerus telah hilang. Saat itu dia benar-benar lupa dengan
prinsip hidupnya. Dia benar-benar lupa akan nasihat Bu Dilla. Segala logika
yang tertanam dalam otaknya, Katisya abaikan. Segala peristiwa dimasa lalunya,
Katisya singkirkan. Gelang emas bertahtakan permata yang sudah melingkar di
tangan kirinya bagaikan sinar sang surya menerangi jalan hidupnya.
***
“Hai kamu,
tangan lumpuh. Jangan melamun aja, selesaikan programnya mau lulus tidak!” Lamunannya membuat Katisya tak sadar akan
kehadiran Pak Galuh di sampingnya. Katisya mengikuti instruksi Pak Galuh.
Teman-temannya mampu mengerjakan program dengan kedua tangannya, tapi tidak
bagi Katisya. Tangan kirinya begitu layu sementara tangan kanannya kerja keras
mengikuti instruksi otaknya.
“Cepat
sedikit mengerjakannya, wanita lumpuh!”
Terasa
disayat hati Katisya. Dengan wajah mendung Katisya terus merekam ucapan sampah dari
Pak Galuh yang ditujukan pada dirinya. Katisya tak bisa marah dengan hal itu,
bibirnya terasa berat untuk membalas ucapan itu. Melihat kondisi fisik Katisya,
Pak Galuh mengurungkan niat untuk menikahi Katisya. Cahaya sang surya itu
redup. Mimpi buruk terus menghantui Katisya setiap malam.
Andai dulu
Katisya tidak silau dengan gelang emas bertahta permata yang mengikat di tangan
kirinya, andai dulu dia tetap pada prinsipnya untuk tidak mudah jatuh cinta,
andai dulu dia tidak mengganggu Pak Galuh yang masih berstatus suami orang,
mungkin hidupnya akan jauh lebih baik. Andai Katisya masih ingat dengan nasihat
Bu Dilla sebagai guru BP di sekolahnya untuk tidak pacaran dengan Pak Galuh, mungkin dia bisa tenang menghadapi ujian
nasional.
Saat
selangkah lagi kaki Katisya keluar dari Lab Komputer, “Katisya” dia membalikkan
tubuhnya menghadap Pak Galuh, “Jangan pernah kau berharap lagi pada saya, kau
wanita yang tak berguna, menjijikan.” Tangan kiri Katisya bergetar, “Dan jangan
pernah kau menceritakan pada seorang pun di sekolah ini tentang rencana kita
untuk menikah. Semakin hari semakin muak melihatmu. Pergi sana!” Air mata
Katisya tak bisa dibendung lagi, dia berlari menuju pohon rindang di taman
sekolahnya. Ucapan Pak Galuh lebih buruk daripada mimpinya yang buruk.
Katisya
kembali menatap gelang di tangan kirinya. Gelang emas itu tetap cantik
melingkar di tangan kirinya. Hanya saja gara-gara ini semua tangan kirinya tak
bisa digerakkan. Tiba-tiba betapa ia ingin melepas gelang emas itu. Tapi
bagaimana mampu, gelang emas itu melekat kuat di tangannya. Dengan sabar ia
berusaha mendorong gelang itu dari pergelangan tangannya, namun usahanya
sia-sia. Semakin ia ingin keluarkan gelang itu, semakin lemas tangannya. Bahkan
terasa sakit bila ia berusaha melepaskan gelang itu. Dan setiap kali ia gagal
melepaskan gelang itu semakin serasa gila Katisya dibuatnya.
Katisya
pun segera berlari ke kantin, diambilnya pisau milik Pak Toha, pedagang ayam
krispy. Lalu di potong pergelangan tangannya, darahnya mengalir begitu deras.
Beberapa menit kemudian dia bisa merasa kesakitan di tangannya. Katisya meraung
kesaitan. Tak sanggup dia berteriak minta tolong. Sore itu, tak ada satu pun
orang berada di kantin, semua guru dan siswa telah kembali ke rumahnya. Hanya
ada Katisya yang sedang meraung sendirian menghadapi maut.
Akhir cerita yg tragis.😰
BalasHapusAkhir cerita yg tragis.😰
BalasHapuswow, cerita yang bermakna
BalasHapusKeren cerpennya,
BalasHapuspost cerpen yang lain bu Iza.
Sippp,, nantikn cerpen sy brikutnya
HapusSengaja endingnya sprti itu, biar pembaca mengigil di akhir cerita... hehehe
BalasHapusmenggigil kedinginan kali bu,,,
BalasHapusBagus bu ceritanya :)
BalasHapusMendalam banget
Ditunggu ya bu cerpen selanjutnya
Keren bu ceritanya :)
BalasHapusMembuat merinding di endingnya
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusMr. Burn - Casino Games, Casino Resorts - DrmCD
BalasHapusMr. Burn - Casino Games, Casino 광주광역 출장샵 Resorts. 울산광역 출장안마 777 청주 출장마사지 Casino Drive, Las Vegas, NV 89109. 전주 출장마사지 United 충청북도 출장마사지 States. (702) 770-1000. United States